ANDRAGOGY

MARI BELAJAR
ANDRAGOGY


Andragogy sebagai sistem dari gagasan, konsep, dan mendekatan pelajaran orang dewasa telah diperkenalkan Amerika Serikat oleh Malcolm Knowles. Kontribusinya pada sistem pendidkan di Amerika telah diakui oleh banyak orang ( 1975, 1980, 1984; Knowles& Associates, 1984),
Penggunaan istilah " andragogy" bertujuan untuk menarik perhatian yang tersebar luas dari pendidik orang dewasa. Pada tahun 1968 Knowles, mendapatkan gelar professor spesialis pendidikan orang dewasa pada Universitas Boston / Boston University, Dialah yang pertamakali memperkenalkan istilah andragogy melalui suatu artikel jurnal.
Edisi kedua telah diterbitkan pada tahun 1980. Pada edisi ini istilah ANDRAGOGI digambarkan sebagai seni dan ilmu pengetahuan dalam membantu orang dewasa belajar. Seiring dengan perkembangan jaman, maka pada tahun edisi 1980 ia mengusulkan pemikiran sebagai berikut:"... andragogy adalah model lain asumsi tentang pembelajaran orang dewasa untuk diterapkan bersama-sama dengan model pembelajaran yang bersifat pedagogy (Knowles, 1980, p. 43).
Model pembelajaran andragogy seperti kemukakan oleh Knowles adalah muncul atas empat asumsi dasar tentang pelajar, dan kesemuanya adalah akibat dari pemahaman yang dihubungkan dengan kebutuhan, sifat, dan keinginan pelajar untuk mendapat model pembelajaran yang terbaik:
1. Self-Concept (konsep-pribadi) yaitu perpindahan dari ketergantungan menjadi indepencency (ketidaktergantungan/kemandirian) / self-directedness (mengarahkan sendiri).
2. Mereka menghimpunkan pengalaman model pembelajaran sehingga dapat digunakan sebagai sebagai suatu basis untuk membangun pembelajaran.
3. Kesiap-siagaan mereka untuk belajar menjadi terus meningkat seiring dengan tugas yang perkembangan peranan sosial.
4. Perspektif mereka tentang kurikulum berubah dari yang bersifat ditunda menjadi ketergesaan dari aplikasi subject-centeredness (berpusat kepada subjek) menjadi performance-centeredness (berpusat kepada perilaku) ( 1980, pp. 44-45).
Prinsip dari pembelajaran orang dewasa:

1. Orang Dewasa akan termotivasi untuk belajar ketika dalam suatu pelajaran mereka menemukan suatu kebutuhan atau pelajaran tersebut sesuai dengan minat mereka dan juga sesuai dengan dunia kerja mereka.
2. Orang Dewasa membawa pengalaman hidup dan pengetahuan yang mereka miliki kepada situasi pembelajaran

3. Orang Dewasa akan belajar dengan baik ketika mereka secara aktif dilibatkan dalam proses pembelajaran tersebut.
4. Orang Dewasa mempunyai bermacam-macam gaya belajar.
5. Ketika kepribadian dan profesionalisme berkembang, maka orang dewasa juga mempunyai keinginan untuk mengarahkan mereka sediri.

6. Orang Dewasa belajar karena mereka mempunyai kebutuhan untuk itu.
(Gordon, S.P. Professional development for school improvement: empowering learning communities. Pearson, Boston, 2004) p18-22.
Andragogi: pembelajaran orang dewasa
Orang dewasa belajar berbeda dengan anak muda. Tapi yang lebih penting alasannya belajar berbeda. Andragogy (Knowles, 1984), teori pembelajaran orang dewasa berusaha menjelaskan kenapa orang dewasa belajar berbeda dari yang lain..
Prinsip-Prinsip andragogy
Aspek
Keterangan
Tuntutan belajar
Orang dewasa mempunyai keseimbangan antara tanggung jawab dalam kehidupan dan tuntutan belajar
Peran instruktur
Orang dewasa mandiri. Guru membimbing pembelajar lebih kepada pengetahuannya dari pada menyodorkan fakta-fakta
Pengalaman
Orang dewasa mempunyai pengalaman hidup yang banyak. Mereka ingin menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman. Mereka harus menyadari nilai pembelajaran
Tujuan belajar
Orang dewasa berorientasi tujuan dan tahu apa tujuan mereka belajar
Bentuk belajar
Orang dewasa belajar atas inisiatif sendiri dan cenderung dalam jangka waktu yang lama


Tips dan Teknik pembelajaran orang dewasa
Menggunakan instruksi berbasis masalah. Studi kasus, simulasi dan pemecahan masalah mengajukan perintah yang relevan dengan situasi
Perintah sebaiknya berhubungan dengan tugas-tugas yang bukan bersifat isi atau konten.
Instruktur perlu mengenyampingkan egonya dan tak perlu khawatir terhadap ide-ide yang baru dan menantang
Ciptakan lingkungan yang nyaman dan istirahat yang cukup
Instruktur seharusnya menggunakan pertanyaan terbuka untuk membawa mereka ke pengalaman belajar.
Empat kunci pembelajaran orang dewasa
Memberikan kesempatan kepada mereka untuk terlibat dalam proses
Mengintegrasikan informasi baru dengan pengalaman terdahulu
Meyakini bahwa semua informasi relevan
Meyakini bahwa semua informasi siap digunakan pembelajar
Green, J. (1998). Androgogy: Teaching adults. In B. Hoffman (Ed.), Encyclopedia of Educational Technology. Retrieved August 6, 2008, from http://coe.sdsu.edu/eet/Articles/andragogy/start.htm

ANDRAGOGI
(Sebuah Konsep Teoritik)
A. Pengertian
Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin. Perdefinisi andragogi kemudian dirumuskan sebagai “Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar.” Kata andragogi pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883 untuk menjelaskan dan merumuskan konsep-konsep dasar teori pendidikan Plato. Meskipun demikian, Kapp tetap membedakan antara pengertian “Social-pedagogy” yang menyiratkan arti pendidikan orang dewasa, dengan andragogi. Dalam rumusan Kapp, “Social-pedagogy” lebih merupakan proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Adapun andragogi, justru lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat secara berkelanjutan.

B. Andragogi dan Pedagogi
Malcolm Knowles menyatakan bahwa apa yang kita ketahui tentang belajar selama ini adalah merupakan kesimpulan dari berbagai kajian terhadap perilaku kanak-kanak dan binatang percobaan tertentu. Pada umumnya memang, apa yang kita ketahui kemudian tentang mengajar juga merupakan hasil kesimpulan dari pengalaman mengajar terhadap anak-anak. Sebagian besar teori belajar-mengajar, didasarkan pada perumusan konsep pendidikan sebagai suatu proses pengalihan kebudayaan. Atas dasar teori-teori dan asumsi itulah kemudian tercetus istilah “pedagogi” yang akar-akarnya berasal dari bahasa Yunani, paid berarti kanak-kanak dan agogos berarti memimpin. Kemudian Pedagogi mengandung arti memimpin anak-anak atau perdefinisi diartikan secara khusus sebagai “suatu ilmu dan seni mengajar kanak-kanak.”. Akhirnya pedagogi kemudian didefinisikan secara umum sebagai “ilmu dan seni mengajar.”

Untuk memahami perbedaan antara pengertian pedagogi dengan pengertian andragogi yang telah dikemukakan, harus dilihat terlebih dahulu empat perbedaan mendasar, yaitu :
1. Citra Diri
Citra diri anak-anak adalah bahwa dirinya tergantung pada orang lain. Pada saat anak itu menjadi dewasa, ia menjadi kian sadar dan merasa bahwa ia dapat membuat keputusan untuk dirinya sendiri. Perubahan dari citra ketergantungan kepada orang lain menjadi citra mandiri. Hal ini disebut sebagai pencapaian tingkat kematangan psikologis atau tahap masa dewasa. Dengan demikian, orang yang telah mencapai masa dewasa akan berkecil hati apabila diperlakukan sebagai anak-anak. Dalam masa dewasa, seseorang telah memiliki kemauan untuk mengarahkan diri sendiri untuk belajar. Dorongan hati untuk belajar terus berkembang dan seringkali justru berkembang sedemikian kuat untuk terus melanjutkan proses belajarnya tanpa batas. Implikasi dari keadaan tersebut adalah dalam hal hubungan antara guru dan murid. Pada proses andragogi, hubungan itu bersifat timbal balik dan saling membantu. Pada proses pedagogi, hubungan itu lebih ditentukan oleh guru dan bersifat mengarah.

2. Pengalaman
Orang dewasa dalam hidupnya mempunyai banyak pengalaman yang sangat beraneka. Pada anak-anak, pengalaman itu justru hal yang baru sama sekali. Anak-anak memang mengalami banyak hal, namun belum berlangsung sedemikian sering. Dalam pendekatan proses andragogi, pengalaman orang dewasa justru dianggap sebagai sumber belajar yang sangat kaya. Dalam pendekatan proses pedagogi, pengalaman itu justru dialihkan dari pihak guru ke pihak murid. Sebagian besar proses belajar dalam pendekatan pedagogi, karena itu, dilaksanakan dengan cara-cara komunikasi satu arah, seperti; ceramah, penguasaan kemampuan membaca dan sebagainya. Pada proses andragogi, cara-cara yang ditempuh lebih bersifat diskusi kelompok, simulasi, permainan peran dan lain-lain. Dalam proses seperti itu, maka semua pengalaman peserta didik dapat didayagunakan sebagai sumber belajar.

3. Kesiapan Belajar
Perbedaan ketiga antara pedagogi dan andragogi adalah dalam hal pemilihan isi pelajaran. Dalam pendekatan pedagogi, gurulah yang memutuskan isi pelajaran dan bertanggung jawab terhadap proses pemilihannya, serta kapan waktu hal tersebut akan diajarkan. Dalam pendekatan andragogi, peserta didiklah yang memutuskan apa yang akan dipelajarinya berdasarkan kebutuhannya sendiri. Guru hanya sebagai fasilitator.

4. Waktu dan Arah Belajar
Pendidikan seringkali dipandang sebagai upaya mempersiapkan anak didik untuk masa depan. Dalam pendekatan andragogi, belajar dipandang sebagai suatu proses pemecahan masalah ketimbang sebagai proses pemberian mata pelajaran tertentu. Karena itu, andragogi merupakan suatu proses penemuan dan pemecahan masalah nyata pada masa kini. Arah pencapaiannya adalah penemuan suatu situasi yang lebih baik, suatu tujuan yang sengaja diciptakan, suatu pengalaman pribadi, suatu pengalaman kolektif atau suatu kemungkinan pengembangan berdasarkan kenyataan yang ada saat ini. Untuk menemukan “dimana kita sekarang” dan “kemana kita akan pergi”, itulah pusat kegiatan dalam proses andragogi. Maka belajar dalam pendekatan andragogi adalah berarti “memecahkan masalah hari ini”, sedangkan pada pendekatan pedagogi, belajar itu justru merupakan proses pengumpulan informasi yang sedang dipelajari yang akan digunakan suatu waktu kelak.

C. Langkah-langkah Pelaksanaan Andragogi
Langkah-langkah kegiatan dan pengorganisasian program pendidikan yang menggunakan asas-asas pendekatan andragogi, selalu melibatkan tujuh proses sebagai berikut :
1. Menciptakan iklim untuk belajar
2. Menyusun suatu bentuk perencanaan kegiatan secara bersama dan saling membantu
3. Menilai atau mengidentifikasikan minat, kebutuhan dan nilai-nilai
4. Merumuskan tujuan belajar
5. Merancang kegiatan belajar
6. Melaksanakan kegiatan belajar
7. Mengevaluasi hasil belajar (menilai kembali pemenuhan minat, kebutuhan dan pencapaian nilai-nilai).
Andragogi dapat dinyatakan sebagai :
1. Cara untuk belajar secara langsung dari pengalaman
2. Suatu proses pendidikan kembali yang dapat mengurangi konflik-konflik sosial, melalui kegiatan-kegiatan antar pribadi dalam kelompok belajar itu
3. Suatu proses belajar yang diarahkan sendiri, dimana kira secara terus menerus dapat menilai kembali kebutuhan belajar yang timbul dari tuntutan situasi yang selalu berubah.

D. Prinsip-prinsip Belajar untuk Orang Dewasa
1. Orang dewasa belajar dengan baik apabila dia dapat secara penuh ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan belajar yang dilaksanakan
2. Orang dewasa belajar dengan baik apabila materi belajar menyangkut mana yang menarik bagi dia dan ada kaitan dengan kehidupannya sehari-hari.
3. Orang dewasa akan belajar dengan sebaik mungkin apabila apa yang ia pelajari bermanfaat dan praktis
4. Dorongan semangat dan pengulangan yang terus menerus akan membantu seseorang belajar lebih baik
5. Orang dewasa belajar sebaik mungkin apabila ia mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuannya, kemampuannya dan keterampilannya dalam waktu yang cukup
6. Proses belajar dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman yang lalu dan daya pikir dari warga belajar
7. Saling pengertian yang baik dan sesuai dengan ciri-ciri utama dari orang dewasa membantu pencapaian tujuan dalam belajar.

E. Karakteristik Belajar Orang Dewasa
1. Orang dewasa mempunyai pengalaman-pengalaman yang berbeda-beda
2. Orang dewasa yang miskin mempunyai tendensi, merasa bahwa dia tidak dapat menentukan kehidupannya sendiri.
3. Orang dewasa lebih suka menerima saran-saran dari pada digurui
4. Orang dewasa lebih memberi perhatian pada hal-hal yang menarik bagi dia dan menjadi kebutuhannya
5. Orang dewasa lebih suka dihargai dari pada diberi hukuman atau disalahkan
6. Orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah, mempunyai kecendrungan untuk menilai lebih rendah kemampuan belajarnya
7. Apa yang biasa dilakukan orang dewasa, menunjukkan tahap pemahamannya
8. Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama
9. Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan iktikad yang baik, adil dan masuk akal
10. Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya. Oleh karena itu ia lebih suka melakukan sendiri sebanyak mungkin
11. Orang dewasa menyenangi hal-hal yang praktis
12. Orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dan menjalon hubungan dekat dengan teman baru.

F. Karakteristik Pengajar Orang Dewasa
Seorang pengajar orang dewasa haruslah memenuhi persyaratan berikut :
1. Menjadi anggota dari kelompok yang diajar
2. Mampu menciptakan iklim untuk belajar mengajar
3. Mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi, rasa pengabdian dan idealisme untuk kerjanya
4. Menirukan/mempelajari kemampuan orang lain
5. Menyadari kelemahannya, tingkat keterbukaannya, kekuatannya dan tahu bahwa di antara kekuatan yang dimiliki dapat menjadi kelemahan pada situasi tertentu.
6. Dapat melihat permasalahan dan menentukan pemecahannya
7. Peka dan mengerti perasaan orang lain, lewat pengamatan
8. Mengetahui bagaimana meyakinkan dan memperlakukan orang
9. Selalu optimis dan mempunyai iktikad baik terhadap orang
10. Menyadari bahwa “perannya bukan mengajar, tetapi menciptakan iklim untuk belajar.”
11. Menyadari bahwa segala sesuatu mempunyai segi negatif dan positif.

(Diambil dari: http://andragogi.com/document/andragogi.htm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar kamu
Jangan sungkan, anggap rumah sendiri
, jangan spam ya !